OLEH : SAHMAN
Sebagai pembelajar sepanjang hayat, saya berkesempatan mengikuti pelatihan Fasilitator Pembelajaran Mendalam (PM) yang diselenggarakan Balai Guru dan Tenaga Kependidikan (BGTK) Provinsi NTB 22- 27 Juni 2025.
Diawal pembelajaran saya memperoleh pengetahuan mengenai Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset). Materi ini bertujuan untuk memetakan profil pola pikir yang ada di sekolah atau di kelas sebab sebagai Guru, data hasil pemetaan ini akan sangat berguna untuk merancang program yang diperlukan untuk mendorong perubahan Pola Pikir Tetap (PPT) menjadi Pola Pikir Bertumbuh PPB), baik untuk guru maupun murid.
Orientasi pola pikir seseorang ditentukan oleh jenis suara yang diikutinya. Suara PPT adalah suara menimbulkan “kekhawatiran” bila berhadapan dengan berbagai kendala sebaliknya suara PPB memunculkan rasa “optimisme” saat berhadapan dengan tantangan dan kesulitan. Oleh karena itu, ketrampilan untuk mengajarkan cara mengubah suara PPT menjadi suara PPB menjadi sangat penting bagi Guru.
Mempelajari Growth Mindset membawa saya menyadari pentingnya sikap terbuka terhadap tantangan, pentingnya mengembangkan kreativitas dan adaptif menghadapi perubahan.
Saya merasa ketika saya mendapatkan pengetahuan awal dari pelatihan ini tentang modul Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset), saya merasa ada sebuah doktrin perubahan dari PPT ke PPB. Doktri ini membawa pola pikir saya dari kesalahan ke kesadaran: Growth Mindset sebagai Pintu Masuk Pembelajaran Mendalam”

Kesalahan bukanlah akhir dari proses belajar, tetapi justru awal dari kesadaran dan pertumbuhan. Dalam sistem pendidikan dan pembelajaran, kesalahan sering dianggap sebagai kegagalan. Namun, dalam perspektif Growth Mindset, kesalahan adalah sumber pembelajaran yang otentik dan berharga. Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya diberi ruang untuk gagal, tetapi juga difasilitasi untuk merefleksikan, memperbaiki, dan memahami secara mendalam apa yang sedang mereka pelajari.
Konsep Growth Mindset (pola pikir bertumbuh) yang diperkenalkan oleh Carol Dweck menyatakan bahwa kemampuan dapat dikembangkan melalui usaha, strategi, dan dukungan. Sikap mental ini menjadi pra-syarat utama dalam pembelajaran mendalam, karena siswa, tidak takut salah, bahkan melihat kesalahan sebagai peluang tumbuh, terbiasa merefleksikan proses belajar, bukan hanya mengejar hasil akhir, termotivasi oleh tantangan, bukan terhambat olehnya.
Dengan mindset ini, siswa lebih terbuka terhadap proses eksplorasi, investigasi, dan inkuiri, yang merupakan inti dari pembelajaran mendalam.kesalahan menjadi jembatan menuju kesadaran belajar. Dalam pembelajaran mendalam:
Guru tidak sekadar memberi tahu “benar dan salah,” tapi memfasilitasi siswa untuk menemukan sendiri akar kesalahan. Murid dilatih mengajukan pertanyaan reflektif: “Mengapa saya berpikir demikian?”, “Apa yang belum saya pahami?”
Aktivitas seperti diskusi kelompok, jurnal refleksi, dan umpan balik dua arah mempercepat proses kesadaran ini. Kesadaran ini membuat siswa lebih memahami konsep secara relasional, bukan sekadar hafalan atau prosedural.

Guru memainkan peran penting sebagai penyemai Growth Mindset dan arsitek pembelajaran mendalam. Tulisan ini menekankan bahwa guru perlu: Memberikan umpan balik yang membangun, bukan menghakimi, merancang pembelajaran yang memungkinkan eksplorasi dan kegagalan yang aman dan menjadi model reflektif—menunjukkan bahwa guru pun bisa belajar dari kesalahan.
Membangun Growth Mindset di ruang kelas bukan hanya meningkatkan motivasi belajar, tetapi juga membuka pintu menuju pembelajaran yang benar-benar bermakna dan mendalam. Ketika siswa menyadari bahwa kesalahan adalah bagian alami dari proses berpikir, mereka akan tumbuh menjadi pembelajar mandiri, reflektif, dan tangguh di masa depan.
Dalam dunia pendidikan yang terus berubah, guru dituntut bukan hanya mengajar, tapi juga memfasilitasi pembelajaran yang bermakna dan berkelanjutan. Dengan memandang kesalahan sebagai titik awal pembelajaran dan menerapkan growth mindset secara konsisten, guru menciptakan ekosistem belajar yang aman, reflektif, dan mendalam. Dari kesalahan lahir kesadaran. Dari kesadaran tumbuh pemahaman.